…………Travel Tourism Indonesia…TTIspot

. . . . . . . . . . Mari kita monitor denyut nadi pariwisata. Lihat PILIH KATEGORI.

Mengoptimalkan Momentum Pertumbuhan

Posted by Arifin Hutabarat pada 8 Agustus, 2010

Kurun waktu lima bulan pertama Januari-Mei 2010, telah dicapai tingkat pertumbuhan rata-rata 5,22% pada jumlah kunjungan wisman, disbanding periode sama tahun lalu. Melalui 19 pintu masuk utama berdasarkan kewarganegaraan, BPS telah mencatat capaian jumlah 2.601.922 wisman, meningkat dari 2.258.258 pada periode sama tahun 2009. Momentum pertumbuhan relatif tinggi tampaknya sedang kembali di Indonesia. Beberapa faktor pendukung utama terasa perlu diperhatikan.

(Tulisan ini telah dimuat di Newsletter PARIWISATA INDONESIA edisi Juli 2010, dari Ditjen Pemasaran Kemenbudpar).

(1). Pada semester I (dan selanjutnya pada semester kedua 2010), telah dan akan bertambah kapasitas penerbangan luar negeri. (2). Economic recovery sedang menjalar di banyak negeri. (3). Berpadu  dengan pertimbangan atas dampak akumulatif dari kegiatan promosi pemasaran pariwisata Indonesia, sejak tahun 2009 yang lalu sampai selama semester I 2010, timbullah perhitungan dan harapan, bahwa target jumlah kunjungan wisman tahun ini, 6,75—7 juta wisman, sangat mungkin akan terlampaui.

Dengan faktor-faktor pendukung

uta ma disebutkan di atas, jikalau konstan

saja berlangsung pertumbuhan rata-

rata 15% hingga menutup tahun 2010

ini, maka sedikitnya 7,2 juta atau lebih,

jumlah wisman ke Indonesia.

Di samping itu, secara empiris jumlah

wisman pada semester pertama

bia sanya mengisi proporsi sekitar 45 %

dari jumlah total tahun berjalan. Maka

semester kedua cenderung dipenuhi dengan

jumlah 55% dari total per tahun.

Hasilnya maka pariwisata Indonesia

ibarat sedang melakukan gerakan ‘lompat

galah’ melampaui target yang terpasang

pada Rencana Pengembangan

Jangka Pendek.

Bukan tanpa konsekwensi adanya capaian

seperti ini. Selain segenap unsur

industri pariwisata, dan, stakeholders,

perlu menaruh perhatian pada upaya

lebih lanjut ‘memanfaatkan momentum

pertumbuhan’, terpampang kini satu

peluang ‘lompat galah’ berikutnya. Untuk

menyongsong periode tahun 2011.

Tahun di mana kompetisi antardestinasi

semakin tajam sejalan dengan perbaikan

ekonomi yang menggelinding.

Dirjen Pemasaran

Pariwisata, Sapta

Nir wandar, mengingatkan,

di tengah pertumbuhan

yang akan mulai

marak, Indonesia justru

menghadapi kompetisi

dari destinasi di negeri

tetangga.

Kapasitas

penerbangan

Perkembangan di bidang

aksesibilitas menambah penjelasan

bagi kita. Arus penumpang penerbangan

internasional yang diangkut

maskapai nasional saja sepanjang Januari-

Maret 2010 melonjak 39,8% dibandingkan

dengan periode sama tahun

lalu, atau mencapai 1,401 juta orang.

Mulai Maret 2010 maskapai yang

berpusat di Uni Emirat Arab, Emirates,

mengoperasikan penerbangan Jakarta-

Dubai dua kali sehari. Ini berarti menambah

kapasitas tempat duduk yang

semula 2.600 setiap minggunya menjadi

9.500.

Garuda Indonesia, calon emiten Bursa

Efek Indonesia, menargetkan pertumbuhan

bisnis di atas 10% selama 2010.

Akan melayani penerbangan ke Amerika

Serikat di penghujung 2012 dengan

menggandeng Delta Airlines dan China

Airlines serta kemudian akan menetapkan

penerbangan langsung Amerika

Serikat pada 2013.

Sejak Mei yll, di Cina, ikut berpromosi

di World Expo Shanghai dengan

memberikan berbagai hadiah, seperti

tiket Garuda PP Shanghai-Jakarta dan

Bali, serta paket tur yang didukung oleh

Hotel Intercontinental, Ramada Bintang

Bali, dan Hotel Borobudur. Ditargetkannya

jumlah penumpang selama berlangsungnya

World Expo itu, Mei-Oktober

2010, meningkat 30% atau antara 6.000 –

7.000 orang per bulan, sehingga seat load

factor menjadi sekitar 80%.

Di bandara Bandung tahun 2010

telah terjadi kenaikan arus penumpang

16% dari tahun 2009. Kini, 2500

orang per hari. Untuk tahun 2011, berbagai

maskapai sudah mendaftar untuk

beroperasi ke sini, sehingga diperkirakan

‘jumlah penumpang bisa naik tiga

kali lipat.’

Malaysian Airlines pada 16 Juli 2010

memulai satu kali penerbangan setiap

hari Kuala Lumpur-Bandung, menargetkan

54 ribu wisatawan per tahun

bisa dibawanya. Manager MAS Indonesia

diberitakan mengatakan: ”kita

tidak membawa pelancong Malaysia

saja untuk masuk ke Indonesia”, tetapi

juga dari rute-rute mancanegara dari

Eropah, Jepang, hingga Australia.

MAS menggunakan Boeing 737-400

sesuai kemampuan landasan pacu bandara

Husein Sastranegara. Landasan itu

sedang ditingkatkan agar tahun depan

mampu didarati oleh pesawat tipe lebih

besar.

Maka sama seperti AirAsia, berencana

akan mengganti pesawatnya dengan

tipe Airbus, manakala overlay landasan

pacu itu sudah selesai. Maka boleh jadi

tahun depan jumlah wisman ke Bandung

akan dua atau tiga kali lipat.

Penerbangan Garuda Indonesia ke

dari Amsterdam mulai 1 Juni 2010,

juga sebenarnya didukung kerjasama

code sharing khusus rute Singapura-

Denpasar dengan KLM sejak Desember

2009. Diberitakan KLM telah mendapatkan

pesanan sekitar 24 ribu penumpang

per tahun untuk rute tersebut. Garuda

pun menjalin kerja sama code share dengan

Turkish Airlines, pemasaran dan

promosi bersama untuk meningkatkan

trafik antara kedua negara,

Firefly Indonesia, anak usaha dari

Group Malaysia Airlines, diketahui telah

menyiapkan tiga pesawat untuk

beroperasi di Indonesia pada tahun ini.

Firefly sudah membawa wisman dari

Kuala Lumpur langsung ke beberapa

kota Indonesia.

Maskapai Mandala mencatat peningkatan

tingkat isian penumpang pada

kuartal I 2010 menjadi rata-rata 83%,

dibandingkan 80% pada periode sama

tahun sebelumnya.

Mulai tahun ini melayani penerbangan

luar negeri Jakarta-Singapura

satu kali setiap hari dan Balikpapan-

Singapura tiga kali per minggu. Menggunakan

Airbus A320 yang memuat 180

kursi per penerbangan.

Maskapai Sriwijaya Air membuka

rute Surabaya-Johor Bahru, Malaysia,

mulai akhir Maret 2010.

Ada lagi, Solo-Kuala Lumpur, saat ini

sudah dilayani maskapai penerbangan

Air Asia. Kota Solo sedang menunggu

tambahan jalur penerbangan ke kawasan

Timur Tengah.

Upaya pesaing

Di tengah momentum ini tentu ada

gerakan baru dari pesaing. Muangthai

misalnya, Pemerintahnya telah memperluas

langkah mempromosikan pariwisata,

termasuk pembebasan biaya

visa turis sampai dengan 31 Maret 2011,

memberi paket bantuan pinjaman untuk

industri pariwisata sebesar US $

153.000.000. Hotel dibebaskan dari pajak

operasi sampai dengan tahun 2011,

wisnus yang bepergian dengan paket

dari operator tour atau akomodasi, dapat

mengurangi sampai BHT 15.000 dari

pajak penghasilan tahunan.

Otoritas Pariwisata Thailand (TAT)

telah diberikan tambahan anggaran

sebesar US $ 11.100.000 untuk meningkatkan

promosi pasar domestik, sementara

bandara Thailand telah memperkenalkan

skema diskon 15 persen bagi

penerbangan. Juga mungkin pemotongan

pajak bagi penyelenggara MICE.

TAT mau kembali menarik wisatawan

dari pasar luar negeri dan regional. Saat

ini berkonsentrasi memikat wisatawan

dari Asia Selatan dan negara-negara

ASEAN, serta Asia Timur Laut.

Sebuah kegiatan mega-fam besar dilaksanakan

dengan 500 operator tur dan

media diundang ke negara itu pada 12-15 Juli, dengan mayoritas berasal dari

negara-negara tetangga. Memang ada

kontroversi, mega-fam yang biasa dilakukan

TAT setelah setiap krisis terjadi

di Thailand, dinyatakan efisiensinya selalu

tidak jelas.

Tapi, beberapa kabar baik mereka

terima dari industri transportasi udara

Thai Airways International mengalami

rata-rata load factor meningkat 50

per sen dari April dan Mei menjadi 70

persen pada bulan Juni. Qatar Airways

mengumumkan akan meluncurkan

pe ner bangan langsung dari Doha ke

Phuket.

Maka mereka pun menaksir jumlah

wisman ke Muangthai tahun 2010 akan

sama dengan tingkat tahun lalu, antara

14 juta sampai 14.100.000 wisatawan .

Arah Pasar

Indonesia berada di posisi dengan

tantangan yang menarik. Wisman dari

Negara-Negara Asia Pasifik cenderung

beriwisata di Asia Pasifik juga, sementara

itu beberapa maskapai penerbangan

nasional mengembangkan operasinya

ke sekitar kawasan ini.

Memang, selama ini tidak setiap pasar

utama yang disasar oleh Kemenbudpar

akan dibarengi dengan perluasan operasi

oleh maskapai nasional. Namun

maskapai internasional lain, termasuk

Low Cost Carrier dari Negara tetangga,

sudah dan akan menambah rute penerbangan

termasuk ke Indonesia.

Jadi, muncul kecenderungan di mana

arah pasar yang produktif bagi upaya

menambah jumlah wisman ke Indonesia,

akan kian variatif.

Arah pasar dari strategi pemasaran

Kemenbudpar, perlu dituju oleh para

pelaku bisnis inbound. Bersamaan itu,

mereka perlu memanfaatkan kapasitas

airlines dengan memajukan pemasaran

dan penjualan paket-paket yang dinamis.

Artinya, sesuai dengan apa yang

bervariasi dituntut oleh karakteristik

wisman dewasa ini.

Adapun perubahan karakter pasar,

utamanya terletak pada saluran distribusi,

di mana on-line reservation and purchasing

akan semakin meluas.

IATA (International Air Transport

Association) mencontohkan, tahun 2009

tercatat sekitar 40 % penjualan melalui

on-line, dan diperkirakan mendekati

60% pada dua tahun mendatang.

Lompatan industri

Dari perspektif makro ekonomi,

dunia sedang menjalani recovery, cukup

menggairahkan Forecast jumlah

wisatawan outbound berbagai negara

tahun 2010 ini. Menurut Euromonitor

International, begini :

Cina 33,1 juta, Malaysia 12,5 juta, Korea Selatan 10,7 juta, Australia 5,7 juta,

Belanda 18,5 juta, Jerman 82,3 juta,

Arab Saudi 3,6 juta, India 8,9 juta, Rusia

31,7 juta, Inggris 69,6 juta, Taiwan 7,5

juta, Prancis 27,1 juta, Jepang 14,7 juta.

Tapi lihatlah, di antara pasar itu,

tampak Jepang amat sangat memerlukan

perhatian kembali. Hanya dari

pasar ini jumlah outbound yang turun

(cukup signifikan), demikian pula di

Indonesia selama Januari-Mei 2010 ini,

tumbuh negative 11,99 % dibanding periode

sama tahun 2009. (Lihat statistik

di halam an 20).

Para unsur industri pariwisata perlu

bertanya ulang, mengapa ini terjadi, dan

apa yang segera harus dikerjakan untuk

mengembalikan pertumbuhan ini.

Japan Airlines akan berhenti beroperasi

ke Bali, sehingga Garuda Indonesia

praktis memonopoli rute tersebut.

Di pasar-pasar lain, terbuka peluang

bagi industri pariwisata untuk memanfaatkan

kondisi objektif momentum

‘lompat galah’ dewasa ini.

Untuk semester kedua 2010 Kemenbudpar

telah siap lagi dengan berbagai

program kegiatan, yang tidak akan

kurang dampaknya dari apa yang telah

dlaksanakan selama semester I 2010.

Selama 180 hari pertama tahun 2010

Kemenbudpar telah melaksanakan lebih

100 kegiatan pemasaran, di mancanegara

dan di dalam negeri.

Nah, dalam konteks itu bola kemudian

berada di lapangan para pelaku

bisnis, untuk menghasilkan gol. Artinya,

semakin banyak wisman yang

dibawa ke Indonesia, dengan menggalang

lebih rapat kerjasama dengan kalangan

airlines.

Dengan skill mereka menyusun

paket, menyuguhkan yang baru, dan

menyesuaikan dengan itinerary yang diinginkan

menurut tipe wisatawan masa

kini.

Tinggalkan komentar